Konstipasi dan Faktor Risikonya pada Sindrom Down
Sari
Konstipasi adalah keterlambatan atau kesulitan buang air besar yang terjadi 1 sampai 2
kali per minggu atau lebih dari 3 hari secara berturut-turut. Angka kejadian konstipasi
pada anak bervariasi antara 2-20%, pada umumnya merupakan suatu gejala dari penyakit.
Kegagalan dalam proses defekasi merupakan penyebab utama dari konstipasi dan hipotoni
merupakan salah satu keadaan yang mengakibatkan terjadinya konstipasi tersebut.
Sindrom Down merupakan kelainan kromosom yang dapat mengakibatkan terjadinya
hipotoni pada seluruh sistem muskuloskeletal termasuk pada saluran cerna. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui persentase sindrom Down yang menderita konstipasi
dan hubungan dengan faktor risikonya. Diagnosis sindrom Down ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan genetik di rumah sakit Hasan Sadikin, dibagi dalam tipe aberasi penuh dan
tipe mosaik. Pada subyek diberikan kuesioner terstruktur yang berisi pertanyaan yang
berhubungan dengan konstipasi dan faktor risikonya, 50 kuesioner kembali ke peneliti.
Subyek berusia 3 - 10 tahun ( 27 wanita dan 23 pria), konstipasi ditemukan pada 32%.
Aberasi penuh lebih banyak yang menderita konstipasi (35%) dibanding dengan mosaik
(25%). Encopresis ditemukan pada 30% pasien sedangkan soiling pada 26% pasien.
Baik encopresis maupun soiling lebih banyak ditemukan pada tipe mosaik ( 58,5%;
38%) dibanding aberasi penuh ( 26,7% ; 25%). Nyeri perut dan nyeri saat buang air
besar berhubungan dengan kejadian konstipasi (r:0,5, p:0,002 ; r:0,56, p:0,002). Aktifitas
berlebihan dan soiling berhubungan dengan kejadian encopresis (r: 0.49, p:0,001; r:0,44,
p:0,005). Gangguan saluran kemih dan pemakaian obat obatan berhubungan dengan
kejadian soiling (r: 0,38, p: 0,02; r:0,32, p:0,04). Kesimpulan, hampir setengah dari
sindrom Down mengalami konstipasi, encopresis dan soiling; sedangkan tidak jelas faktor
risiko mempengaruhi terjadinya konstipasi pada anak sindrom Down.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Van der plas RN. Epidemiology and Patophysiology of
constipation in clinical management and treatment options
in children with defecation disorders. Academisch
proferschrift. Amsterdam;1998. h.17-145.
Jones KL. Morphogenesis and dysmorphogenesis.
Smith’s recognizable pattern of human malformation,
edisi ke-5 Philadelphia: WB Saunders; 1977. h.695-704.
Naussbaum RL, McInnes RR, Willard HE. Thompson
& Thompson genetics in medicine, edisi ke-5 Philadelphia:
WB Saunders;2001. h.135-55.
Thompson JS, Thompson MW. Genetics in medicine,
edisi ke-3, Philadelphia: WB.Saunders Co; 1980: h.320-
Charlton.C. Gastrointestinal disorders in people with
Down’s Syndrome: an overview. A confrence of a royal
Society of Medicine forum on learning disability and
Down’s Syndrome Medical Interest Group. Royal Society
of Medicine, London; April 2001.
Levi J. The gastrointestinal tract in Down syndrome.
Prog Clin Biol Res 1991;373:245-56.
Hidayat S. Pemeriksaan dermatoglifik dan penilaian
fenotip tubuh anak sindrom Down sebagai uji
diagnostik kariotip aberasi penuh trisomi 21. Desertasi
program Pascasarjana Universitas Padjadjaran
Bandung; 2002.
Gastrointestinal problem in children with Down’s Syndrome
http://www.downs-syndrome.org.uk/pd.
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp6.1.2004.10-5
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.