Infeksi Neonatal Akibat Air Ketuban Keruh

M. Sholeh Kosim

Sari


Infeksi neonatal masih merupakan masalah di bidang pelayanan Perinatologi dengan angka morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi dengan berbagai latar belakang penyebab. Air ketuban keruh bercampur mekonium (selanjutnya disebut AKK) dapat menyebabkan sindrom aspirasi mekonium (SAM) yang mengakibatkan asfiksia neonatorum yang selanjutnya dapat berkembang menjadi infeksi neonatal. Diagnosis berdasarkan atas penemuan pemeriksaan radiologis. Penyebab SAM belum jelas mungkin terjadi intra uterin atau segera sesudah lahir akibat hipoksia janin kronik dan asidosis serta kejadian kronik intra uterin. Faktor risiko SAM adalah skor Apgar <5 pada menit ke lima, mekonium kental, denyut jantung yang tidak teratur atau tidak jelas, dan berat lahir. Diagnosis infeksi neonatal sulit, didasarkan atas anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang. Banyak panduan atau sistem skor untuk menegakkan diagnosis infeksi neonatal. Salah satu panduan yang dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi neonatal adalah panduan WHO yang sudah diadaptasi di Indonesia. Diagnosis pasti ditegakkan dengan biakan darah, cairan serebrospinal, urin, dan infeksi lokal. Petanda diagnostik sangat berguna sebagai indikator sepsis neonatal karena dapat meningkatkan sensitivitas dan ketelitian diagnosis serta berguna untuk memberikan menghentikan secara dini terapi antibiotik. Namun tidak ada satupun uji diagnostik terbaru tunggal yang cukup sensitif dan spesifik. (

Kata Kunci


infeksi; neonatus; air ketuban; mekonium

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Indonesia on line. Angka kematian bayi masih tinggi. Didapat dari: http://www.indonesiaontime.com/humaniora/kesehatan/19-kesehatan/4100--angka-kematian-bayi-masih-tinggi-.html

Djaja S. Penyakit penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) dan sistem pelayanan kesehatan yang berkaitan di Indonesia. Didapat dari: http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003-sarimawar-881-neonatal&q=survei.

Merck Manual Professional. Infections in neonates. Didapat dari: http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279a.html.

Adam D. Infection in neonates and prematures. Phil J Microbiol Infect Dis 1992; 22(3):332-45.

Hye Sun Yoon, Youn Jeong Shin, Moran Ki. Risk Factors for neonatal infections in full-term babies in South Korea Yonsei Med J 2008;49:530-6.

Homeier BP, Spear ML. Meconium aspiration. Didapat dari: http://kidshealth.org/parent/medical/lungs/meconium.html.

Chiesa C, Alessandra PA, Osborn JF, Simonetti AF, Pacifico1 L. Diagnosis of neonatal sepsis: a clinical and laboratory challenge. Clin Chem 20074;50: 279-287.

New Newborn Clinical Guideline- Meconium-stained liquor and MAS. Didapat dari: http://www.adhd.govt.nz/newborn/Guidelines/Admission/Meconium

David A N, Njokanma OF, Iroha E. Incidence of and factors associated with meconium staining of the amniotic fluid in a Nigerian University teaching hospital. J Obstet Gynaecol 2006;26:518–20.

Thakre R. Meconium stained amniotic fluid delivery. to intubate or not ? Didapat dari: http://www.neoclinic.net/Artcl/msaf.htm.

Klein JM. Care of the infant with the meconium aspiration syndrome. Dalam: Iowa Neonatology Handbook: pulmonary. Didapat dari: http://www.uihealthcare.com/depts/med/pediatrics/iowaneonatolog

Gelfand SL, Jonathan M, Fanaroff JM, Walsh MC. Meconium stained fluid: approach to themother and the baby. Pediatr Clin N Am 2004; 51:655– 67.

Klingner MC, Jerry Kruse J. Meconium Aspiration Syndrome: Pathophysiology and Prevention. Diunduh dari URL : http://www.medscape.com/viewarticle/437101

Khazardoost1 S, Hantoushzadeh S, Khooshideh M, Borna1 S. Risk factors for meconium aspiration in meconium stained amniotic fluid. J Obstet Gynaecol 2007;27:577–9.

Bhat RY, Rao D. Meconium-stained amniotic fluid and meconium aspiration syndrome: a prospective study. Ann of Trop Paediatr 2008;28: 199–203.

Rao S, Pavlova Z, Incerpi MH Ramanathan R. Meconium-stained amniotic fluid and neonatal morbidity in near-term and term deliveries with acute histologic, chorioamnionitis and/or funisitis. J Perinatol 2001;21:537–40.

Kosim MS, Indarso F, Sarosa GI, Hendarto TW. Komponen neonatal. Dalam: Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri neonatal emergensi dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jaringan Nasional Kesehatan Reproduksi. Ikatan Dokter Anak Indonesia; Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Maternal and Neonatal Health JHPIEGO; 2005.h. 92-7.

Chiesa C, Panero A, Rossi N. Stegagno M, De Giusti M, Osborn JF, dkk. Reliability of procalcitonin concentrations for the diagnosis of sepsis in critically Ill neonates. CID 1998;26.

Mark H, Shane MT, Kim S, Charles T, Ian AM. Diagnostic markers of infection: comparison of procalcitonin with C reactive protein and leucocyte count. Arch Dis Child 1999;81:417–21.

P C Ng. Diagnostic markers of infection in neonates. Arch Dis Child Fetal Neonatal 2004;89:229–35.

Yi-Ling Chan, Ching-Ping Tseng, Pei-Kuei Tsay, Shy-Shin Chang, Te-Fa Chiu, Jih-Chang Chen. Procalcitonin as a marker of bacterial infection in the emergency department: an observational study. Critical Care; 2004: R12-20.




DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp11.3.2009.212-8

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##

Informasi Editorial:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Jl. Salemba I No 5, Jakarta 10430, Indonesia
Phone/Fax: +62-21-3912577
Email: editorial [at] saripediatri.org

Lisensi Creative Commons
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.