Hubungan Bayi Berat Lahir Rendah dengan Kejadian Hiperbilirubinemia di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya Kota Denpasar
Sari
Latar belakang. Hiperbilirubinemia merupakan salah satu keadaan klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Angka kejadian bayi hiperbilirubin berbeda di satu tempat ke tempat lainnya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan faktor penyebab seperti berat bayi lahir. Berdasarkan data dari The Fifty Sixth Session of Regional Committee, World Health Organization kematian bayi terjadi pada usia neonatus dengan penyebab tersering hiperbilirubinemia. Pravelensi dan tingkat keparahan hiperbilirubinemia ditemukan lebih tinggi pada bayi berat lahir rendah (BBLR).
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan bayi berat lahir rendah dengan kejadian hiperbilirubinemia.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan potong lintang yang dilaksanakan pada bulan Agustus – September 2022 di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya. Subjek penelitian adalah bayi usia 0-28 hari yang dirawat serta berat lahir bayi dan hasil pemeriksaan kadar bilirubin tercatat dalam rekam medis periode juni 2021 sampai dengan juni 2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara consecutive sampling. Dilakukan analisis bivariat menggunakan uji Chi-square. Data dianalisis dengan SPSS versi 20 untuk Windows.
Hasil. Pada penelitian ini didapatkan 92 sampel. Sampel bayi berat lahir rendah didapatkan sebesar 58,7% dan 89,1 sampel di antaranya mengalami hiperbilirubinemia. Hasil uji hipotesis dengan uji Chi-square diperoleh nilai p=0,033.
Kesimpulan. Terdapat hubungan yang bermakna antara bayi berat lahir rendah dengan hiperbilirubinemia pada nenonatus di Rumah Sakit Umum Daerah Wangaya.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
AAP Subcommittee on Neonatal Hyperbilirubinemia. Neonatal jaundice and kernicterus. Pediatrics 2001;108:763-65.
American Academy of Pediatrics Subcommittee on Hyperbilirubinemia. Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of gestation. Pediatrics 2004;114:297-316.
Ali R, Ahmed S, Qadir M, Ahmad K. Icterus Neonatorum in Near-term and term infants: An overview. Sultan Qaboos Univ Med J 2012;12:153-60.
Dinas Kesehatan Kota Denpasar tahun 2021. Profil kesehatan kota denpasar tahun 2020. Denpasar: Dinkes Kota Denpasar; 2022.h.51-4.
Hutahaeman BP. Gangguan perkembangan neurologis pada bayi dengan riwayat hiperbilirubinemia, tesis. Semarang: Universitas Diponegoro, 2007.
Lemeshow S, David WH Jr. Besar sampel dalam penelitian kesehatan (terjemahan). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 1997.
Lissauer T, Fanaroff A. At a glance neonatologi. Jakarta: Erlangga Medical Series; 2014.
Maisels, M Jeffrey. Managing the jaundiced newborn: a persistent challenge. A Review Article. CMAJ 2015;187(5). Doi:10.1503/cmaj.122117.
Manuaba IBG. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB. Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta: EGC; 2010..
Devi DS, Vijaykumar B. Risk Factors for Neonatal Hyperbilirubinemia: A Case Control Study. Int J Reprod Contracept, Obstet Gynecol 2017;6:198-202.
Pudjiadi A. Berat badan lahir rendah. Dalam: Pedoman pelayanan medis. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010.
Mulyani E, Murdiyanto SEM. Studi eksplorasi model pendidikan kewirausahaan di SMK di Daerah Istimewa Yogyakarta, skripsi. Enterpreneur Education Center (Eec) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta, 2012.
Delvia, Siska, Azhari, Muhammad. Hubungan Berat Badan Bayi Lahir Dengan Hiperbilirubinemia Di Ruang Neonatus RSUD. DR. Ibnu Sutowo Baturaja Tahun 2020. Jurnal Kesehatan Abdurahman 2022;11:40-3.
Schwoebel A, Sakraida S. Hyperbilirubinemia: new approaches to an old problem. J Perinat Neonatal Nurs 1997;11:78-97.
Dahlan, M.S. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan, Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika; 2009.
Seng Lian, A.W. Mun, Choo Yao. Kutty, dkk. Management of neonatal jaundice. Edisi ke-2. Clinical practice guidelines. Malaysia: Malaysia Health Technology Assessment Section (MaHTAS) Medical Development Division; 2015.h.14-38.
Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam : Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi (Edisi Ke-1). Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.h.147-53.
Imron R, Metti D. Hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian hiperbilirubinemia pada bayi di ruang perinatologi. Jurnal Keperawatan Sai Betik 2015;11:47- 51.
Watchko JF, Maisels MJ. Jaundice in low birthweight infants: pathobiology and outcome. Arch Dis Child Fetal Neonatal Ed 2003;88:F455-8.
Widagdo. Tatalaksana masalah penyakit anak dengan ikterus.Jakarta: CV. Sagung Seto; 2012.
Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007.
Williamson A, Crozier K.. Buku ajar neonatus (a textbook for student midwives and nurses). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2013.
Wan ASL, Mat Daud S, Teh SH, Choo YM, Kutty FM. Management of neonatal jaundice in primary care. Malays Fam Physician 2016;11:16-9.
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp25.1.2023.15-9
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.