Berat Badan Lahir Rendah sebagai Faktor Risiko Stunted pada Anak Usia Sekolah

Aulia Fakhrina, Neti Nurani, Rina Triasih

Sari


Latar belakang. Stunted pada usia sekolah menyebabkan kemampuan kognitif rendah, fungsi fisik tidak optimal, dan produktivitas masa depan yang rendah.
Tujuan. Mengidentifikasi apakah berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan faktor risiko stunted pada anak usia sekolah.
Metode. Kami melakukan penelitian kasus-kontrol dari bulan Mei – Desember 2016 yang melibatkan siswa sekolah dasar berusia 6-7 tahun yang dipilih secara cluster random sampling di lima kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta. Stunted didefinisikan sebagai nilai Z score untuk tinggi badan menurut usia <-2 standar deviasi berdasarkan kriteria WHO 2005. Data klinis dan demografi diperoleh menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua.
Hasil. Kejadian stunted adalah 11,8%. Riwayat BBLR (adjusted Odd Ratio (aOR) 3,38; IK 95% 2,03 -5,63), jenis kelamin laki-laki (aOR 1,62; IK 95% 1,160-2,27), usia kehamilan kurang bulan (aOR 4,23; IK 95% 2,18-8,24), pola pemberian MPASI dini (aOR 1,65; IK 95% 1,11-2,45) dan tinggal di daerah pedesaan (aOR 1,68; IK 95% 1,01-2,62) merupakan faktor risiko terjadinya stunted pada usia sekolah. Stunted pada usia sekolah tidak berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif dan tingkat pendidikan orang tua.
Kesimpulan. Anak-anak yang lahir dengan BBLR berisiko mengalami stunted pada masa sekolah.


Kata Kunci


berat badan lahir rendah; stunting; anak usia sekolah; faktor risiko

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Kemenkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

Caulfield LE, Richard SA, Rivera JA, dkk. Stunting, Wasting, and Micronutrient Deficiency Disorders. Dis Control Priorities Dev Ctries 2002;28:551–67.

Danaei G, Andrews KG, Sudfeld CR, dkk. Risk factors for childhood stunting in 137 developing countries: a comparative risk assessment analysis at global, regional, and country levels. PLoS Med 2016;13:1–18.

Aryastami NK, Shankar A, Kusumawardani N, dkk. Low birth weight was the most dominant predictor associated with stunting among children aged 12–23 months in Indonesia. BMC Nutr 2017;3:16.

Esfarjani F, Roustaee R, Mohammadi F, dkk. Determinants of stunting in school aged children of Tehran , Iran. Int J Prev Med 2013;4:173–9.

Ford GW, Doyle LW, Davis NM, Callanan C. Very low birth wieght and growth into adolescence. Arch Pediatr Adolesc Med 2000;154; 8:778.

Hack M, Weissman B, Borawski-Clark E. Catch-up growth during childhood among very low birth weight children. Arch Pediatr Adolesc Med 1996; 150: 1121-1129.

Nasution D. Hubungan antara BBLR dengan kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada; 2014.

Dekker LH, Mora-Plazas M, Marín C, dkk. Stunting associated with poor socioeconomic and maternal nutrition status and respiratory morbidity in Colombian schoolchildren. Food Nutr Bull 2010;31:242–50.

Anugraheni HS, Kartasurya MI. Faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-36 bulan di Kecamatan Pati, Kabupaten Pati. J Nutr Coll 2012;1:30–7.

Prawirohartono EP, Nurdiati DS, Hakimi M. Prognostic factors at birth for stunting at 24 months of age in rural Indonesia. Paediatr Indones 2016;56:48–56.

Meilyasari F, Isnawati M. Faktor risiko kejadian stunted pada balita usia 12 bulan di Desa Purwokerto, Kecamatan Patebon, Kabupaten Kendal. J Nutr Coll 2014;3:16–25.

Senbanjo IO, Oshikoya KA, Odusanya OO, dkk. Prevalence of and Risk factors for Stunting among School Children and Adolescents in Abeokuta, Southwest Nigeria 2011;29:364–70.

Aramico B, Sudargo T, Susilo J. Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah. J Gizi dan Diet Indones 2013;1:121–30.

Khasanah. Waktu pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) berhubungan dengan kejadian stunting anak usia 6-23 bulan di Kecamatan Sedayu. J Gizi dan Diet Indones 2016;4:105–11.

Hijra, Muis SF, Irene MK. Inappropriate complementary feeding practice increases risk of stunting in children aged 12-24 months. Universa Medicana 2016;35:146–55.

Yulidasari F. MP-ASI sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 6-24 bulan di Kota Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada; 2013.

Semba RD, de Pee S, Sun K, dkk. Effect of parental formal education on risk of child stunting in Indonesia and Bangladesh: a cross-sectional study. Lancet (London, England) 2008;371:322–8.

Picauly I, Toy SM. Analisis determinan dan pengaruh stunted terhadap prestasi belajar anak sekolah di Kupang dan Sumba Timur, NTT. J Gizi dan Pangan 2013;8:55–62.

Adenuga W, Obembe T, Odebunmi K, dkk. Prevalence and determinants of stunting among primary school children in rural and urban ommunities in Obafemi Owode Local Government area, Southwestern Nigeria. Ann Ibadan Postgrad Med 2017;15:7–15.

Yasmin G. Faktor risiko stunting pada anak usia sekolah. Institut Pertanian Bogor; 2014.




DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp22.1.2020.18-23

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##

Informasi Editorial:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Jl. Salemba I No 5, Jakarta 10430, Indonesia
Phone/Fax: +62-21-3912577
Email: editorial [at] saripediatri.org

Lisensi Creative Commons
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.