Perawatan Singkat Demam Tifoid pada Anak
Sari
Demam tifoid (DT) merupakan penyakit endemis yang hingga kini masih merupakan
masalah kesehatan di Indonesia. Angka kejadian cukup tinggi dan tidak sedikit anak
yang memerlukan perawatan di rumah sakit. Saat ini perawatan konvensional penderita
demam tifoid anak mengacu pada penderita dewasa. Perawatan seperti ini pada anak
dirasakan terlalu lama sehingga perlu pengeluaran biaya besar yang dapat merupakan
beban bagi orang tua penderita. Oleh karena itu perlu dicari terobosan baru untuk
perawatan yang lebih singkat tetapi efektif. Untuk maksud tertentu di atas telah dilakukan
uji klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS Ujung Pandang pada bulan Juni
1999 sampai dengan April 2000. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi secara
klinis dampak perawatan singkat dibandingkan dengan perawatan konvensional pada
penderita DT anak. Tujuh puluh penderita DT anak telah diikut sertakan dalam
penelitian ini terdiri dari 34 anak perempuan dan 36 anak laki-laki dengan umur antara
4,2–13,2 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dibantu dengan
pemeriksaan laboratorium. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok
perawatan singkat dan perawatan konvensional yang ditentukan secara acak (random
sampling). Pada perawatan konvensional penderita istirahat mutlak sampai dengan 10
hari bebas demam sedangkan pada perawatan singkat 5 hari bebas demam.
Karakteristik sampel dalam hal distribusi jenis kelamin, status gizi, lamanya demam di
rumah, suhu pada waktu masuk rumah sakit, konstipasi, kadar Hb, hitung lekosit, hasil
titer Widal dan biakan darah adalah sama (pada kedua kelompok). Untuk distribusi
umur secara statistik terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok masingmasing
dengan umur rerata 8,43 tahun untuk perawatan singkat dan 10,69 tahun untuk
perawatan konvensional. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa selama perawatan
semua penderita DT sembuh secara klinis tanpa ada penyulit saluran cerna (perdarahan
dan perforasi usus) atau relaps pada kedua kelompok. Dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa tidak ada penyulit saluran cerna (perdarahan dan perforasi usus)
ataupun relaps pada penderita yang dirawat singkat maupun yang dirawat secara
konvensional.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Hoffman SL, Punjabi NH, Kumala S, dkk. Penurunan
mortalitas pada penderita demam tifoid berat yang
diobati dengan dexamethasone dosis tinggi. Medika
; 10:845-50.
Iskandar T, Warouw SS. Typhoid perforation in a child.
Paediatric Indones 1992; 32:54-7.
Karsinah, Meohario LH, Suharto, dkk. Batang negatif
Gram: enterobacteriaceae. Dalam: Staf pengajar FKUI,
penyunting. Buku ajar mikrobiologi kedokteran; edisi
revisi: Jakarta: Binarupa Aksara, 1994. h. 154-73.
Kaur P. Comparison of clinical manifestation of typhoid
in adults and chlidren during an outbreak in Penang.
Dalam: Pang T, Koh CL, Puthucheary, penyunting.
Proceedings of the First Asia-Pacific Symposium on
typhoid fever. Singapore: World Scientific publishing Co
Pte. Ltd, 1992.
Kolh S, Pickering L. Typhoid fever (enteric fever). Dalam:
Behrman RE, Kliegman R, penyunting. Nelson essentials
of pediatrics. Philadelphia: WB Sauders Co, 1990; 331-
Krugman S, Katz SL, Gerson AA, et al. Enteric fever
Dalam: Krugman S, Katz SL, Gerson AA, Wilfert SM,
penyunting. Infectious diseases of children; edisi ke-8.
Saint Louis: CV Mosby Co, 1985. h. 86-7.
Lamajido A, Dasril Daud. Protokol penatalaksanaan
deman tifoid pada anak. BIKA FK-UNHAS RSU Dadi
Ujung Pandang, 1989.
Lubis B. Demam tifoid: makna pemeriksaan laboratorium
dan pencegahan. Medika 1990; 16: 366-73.
Mehle WT, Levine M. Salmonella typhi infection in
children younger than five year of age. Pediatric Infect
Dis J 1990; 12:627-30.
Mandal BK. Salmonella infections. Dalam: Cook G, Ed.
Manson’s tropical diseases; edisi ke-20. London: WB
Saunders Co, 1996.h. 849-63.
Mantu Nf. Beberapa aspek perforasi usus oleh karena
tifus abdominalis pada anak. Penelitian mandiri. Ujung
Pandang: Bagian Ilmu Kesehatan FK UNHAS, 1998.
Mc Kendrick MW. Typhoid. Medicine International
; 3:2127-130.
Muliawan SY, Suryawijaya JE. Tinjauan ulang peranan
uji Widal sebagai alat diagnostik penyakit demam tifoid
di rumah sakit. CDK 1999.h. 14-6.
Muliawan SY, Surjawidjaya JE. Diagnosis dini demam
tifoid dengan menggunakan protein membran luar
Salmonella typi sebagai antigen spesifik. CDK 1999;
:11-3.
Nathin AM, Ringoringo HP, Tambunan T, Hadinegoro
SR, et al. Antibiotic resistance patterns of pediatric
typhoid fever patients at The Department of Child
Health, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta in
-1994. Pediatric Indones 1996; 36:193-207.
Nelwan RHH, Hendarminto, Soemarsono. Pengobatan
demam tifoid. Disampaikan pada Simposium Demam
Tifoid FKUI, Jakarta, 1980.
Ogle JW. Infections: bacterial & spirochetal Dalam:
Hathway WE, Hay WW, Groothius JR, Paisley JW,
penyunting. Current pediatric diagnosis & treatment;
edisi ke-11. Denver: Prentice Hall International Inc,
h. 1033-6.
Pickering LK. Salmonella, Shigella and enteric E. Coli
infections. Dalam: Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph
CD, dkk, penyunting. Rudolph’ pediatrics; edisi ke-19. New York: Prentice-Hall International Inc, 1991.h. 600-5.
Pronowo B, Gassem HM, Riyanto B dkk. Manifestasi
klinik demam tifoid di Bagian Penyakit Dalam RS
Kariadi Semarang 1991-1992. Disampaikan pada
KOPAPDI IX, Bali, 1993.
Punjabi NH. Diagnosis demam tifoid. Disampaikan
pada Kongres Ilmu Kesehatan Anak X, Bukittinggi,
Punjabi NH. Interaksi pejamu dengan Salmonella typi.
Medika 1996; 22:795-7.
Rampengan TH, Laurentz IR. Penyakit infeksi tropik
pada anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
, 53-72.
Salim E. faktor-faktor resiko perforasi usus pada demam
tifoid anak di rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo
Ujung Pandang. Tesis. Ujung Pandang: Bagian Ilmu
Kesehatan Anak FK UNHAS, 1995.
Simanjuntak CH. Masalah demam tifoid di Indonesia.
CDK 1990; 60:31-4.
Soedarmo SP. Typhoid fever: profile diagnosis and
treatment in the 1990’s Presented at the First ISAC
Internasional Symposium, Bali, 1992.
Soegihantoko, Suharto, Soewandoyo E. Penderita
demam tifoid dengan komplikasi kolesistitis dan
kekambuhan. MKI 1984; 34:249-51.
Soesilo H, Soenarto Y, Widiarto, dkk. Typhoid fever in
children. Pediatric Indones 1982; 22:138-46.
Sudibjo HR. Kekambuhan penyakit demam tifoid.
Jurnal Kedokteran YARSI 1996; 6:1-8.
Sumarmo, Nathin MA, Ismael S, dkk. Masalah demam
tifoid pada anak. Disampaikan pada Simposium Demam
Tifoid FKUI, Jakarta, 1980.
Uthaya Y. Typhoid fever complicated by heaptitis and
nephritis. Med Progress 1993; 56:8-10.
Widyanti A. Pemeriksaan laboratorium pada demam
tifoid. Medika 2000; 26:246-49.
Widodo D, hasan I. Perkembangan diagnosis laboratorium
demam tifoid. MKI 1999; 49:256-62.
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp3.2.2001.77-82
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.