Imunogenitas dan Keamanan Vaksin DPT Setelah Imunisasi Dasar
Sari
Imunisasi difteria, pertusis dan tetanus (DPT) telah lama masuk ke dalam program
imunisasi nasional di Indonesia dan telah terbukti menurunkan angka kejadian maupun
kematian yang disebabkan penyakit difteria, pertusis dan tetanus. Tujuan penelitian ini
untuk melakukan evaluasi status kekebalan dan faktor keamanan terhadap penyakit
difteria dan tetanus pada bayi yang mendapat imunisasi dasar DPT. Seratus enam puluh
subjek bayi sehat yang dipilih secara random, dilakukan imunisasi secara intramuskular
dengan dosis 0,5 ml sebanyak 3 kali pada umur 2, 3 dan 4 bulan, menggunakan vaksin
DPT buatan PT. Bio-Farma Bandung. Penentuan titer antibodi difteria dan tetanus
dilakukan sebelum dilakukan imunisasi dan 1 bulan setelah imunisasi ke-1, 2 dan 3,
menggunakan metode ELISA. Apabila hasilnya < 0,01 IU/ml disebut kelompok rentan
dan bila > 0,1 IU/ml disebut mempunyai kekebalan lengkap. Kejadian reaksi lokal
(nyeri, kemerahan, bengkak, penebalan) dan sistemik (demam, iritabilitas) pasca imunisasi
dicatat dalam buku catatan harian ibu. Hasil penelitian menunjukkan sebelum dilakukan
imunisasi 57% subjek sudah tidak mempunyai perlindungan terhadap difteri dan 6%
sudah tidak mempunyai perlindungan terhadap tetanus. Terhadap difteria, rata-rata
geometrik titer (GMT) sebelum dan setelah mendapat imunisasi ke-1, 2 dan 3,
memberikan hasil berturut-turut 0,008; 0,005; 0,038; dan 0,217 IU/ml; sedang jumlah
subjek yang mempunyai titer > 0,01 IU/ml berturut-turut adalah 44, 28, 44 dan 80%.
Terhadap tetanus, rata-rata geometrik titer (GMT) sebelum dan setelah mendapat
imunisasi ke-1, 2 dan 3, memberikan hasil berturut-turut: 0,420; 0,273; 0,213; dan
0,758 IU/ml; jumlah subjek yang mempunyai titer > 0,01 IU/ml berturtut-turut adalah
94; 91; 100 dan 100%. Selama periode penelitian tidak ditemukan adanya reaksi vaksin
berat. Reaksi lokal (nyeri, kemerahan, bengkak dan penebalan) dan reaksi sistemik
(iritabilitas dan panas) sebagian besar dengan derajat ringan yang selanjutnya menghilang
tanpa gejala sisa. Walaupun imunisasi DPT memberikan hasil kekebalan yang tinggi
dan aman diberikan, namun pada kelompok yang masih rentan perlu mendapat perhatian.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Schneerson R, Robbins JB, Taranger J, Lagergard T,
Trollfors B. A toxoid vaccine for pertusis as well as
diphteria? Lessons to be relearned. Lancet 1996:
:1289-92.
Cherry JD. The epidemilogy of pertussis and pertussis
immunization in the United Kingdom and the United
States A comparative study. Curr Probl Pediatr 1984,
:7-10
Bisgard KM, Hardy IRB, Popovic T. Respiratory
diphteria in the United States, 1980-1995. Am J Public
Health 1998; 88:787-91.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 1990.
Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia
tahun 1995.
Ranuh IGN. Imunisasi upaya pencegahan primer.
Dalam: Ranuh IGN, Soejitno H, Hadinegoro SR,
Kartasasmita C, penyunting. Buku Imunisasi di Indonesia.
Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia
h. 1-3.
Vademekum Bio-Farma. PT Bio Farma, Bandung 1997.
h. 48-51.
Efstratiou A, Maple PAC. Laboratory diagnosis of
diphteria. Copenhagen, The Expanded Programme on
Immunization in the European Region of WHO, 1994.
Prijanto M, Pangastuti R, Parwati D, Siburian F,
Suprijanto E. Efektivitas imunisasi DPT pada bayi usia
bulan di Yogyakarta. Bul Pen Kes 1991; 19:38-50.
Bernbaum JC, Daft A, Anolik R, Samuelson J, Barkin
R, Duglas S, Polin R. Response of preterm infants to
diphteria-tetanus-pertussis immunizations. J Pediatr
; 107:184-8.
Watemberg N, Dagan R, Arbelli Y, Belmaker I, Morag
A, Hessel L, Fritzell B, dkk. Safety and immunogenicity
of Haemophilus type b-tetanus protein conjugate vaccine,
mixed int the same syringe with diphteria-tetanuspertusis
vaccine in young infants. Pediatr Infect Dis J
; 10:758-61.
Bjorkholm B, Olling S, Larsson P, Hagberg L. An outbreak
of diphteria among Swedish alcoholics. Infection
; 15:354-8.
Setiawan IM. Kadar antibodi bayi yang mendapat
imunisasi DPT di RSCM, Puskesmas dan Posyandu.
Jakarta: Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Anak,
FKUI, 1992.
Halsey N, Galazka A. The efficacy of DPT and oral poliomyelitis
immunization schedules inititated from birth
to 12 weeks of age. Bull WHO 1985; 63:1151-69.
Anderson EL, Belshe RB, Bartram J. Differences in
reactogeniticity and antigenicity od acelluler and standard
pertussis vaccines combined with diphteria and tetanus
in infants. J Infect Dis J 1988; 157:731-7.
Barkin RM, Pichichero ME. Diphteria-pertusis-tetanus
vaccine: Reactogenicity of commercial products. Pediatrics
; 63:256-9.
Galazka MA. Tetanus. Dalam: Galazka MA, penyunting.
The immuological basis for immunization series. Global
Programme for Vaccines and Immunization Expanded
Program on Immmunization. World Health
Organization, Geneva 1993.
Mortimer EA, Wharton M. Diphteria Toxoid. Dalam:
Plotkin SA, Orenstein WA, penyunting. Vaccines, edisi
ke-3. Philadelphia: WB Saunders 1999. h. 140-57.
Cody CL, Baraff LJ, Chery JD. Nature and rates of
adverse reactions associated with DTP and DT immunization
in infant and children. Pediatrics 1981; 68:650-
Nolan T, Hogg G, Darcy MA, Varigos J, McEwen J.
Primary course immunogenicity and reactogenicity of a
new DTP (diphteria-tetanus-whole cell pertussis) vaccine.
Pediatr and Child Health 1997; 33:413-7.
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp4.3.2002.129-34
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.