Pengaruh Asfiksia Neonatal Terhadap Gangguan Pendengaran

Gatot Irawan Sarosa, Alifiani Hikmah Putranti, Tri Kartika Setyarini

Sari


Latar belakang. Kejadian gangguan pendengaran di negara maju 1–3 dari 1000 kelahiran hidup, sedangkan prevalensi gangguan pendengaran di Indonesia ±4,2%, penyebabnya antara lain asfiksia. Identifikasi dini usia 3 bulan pertama kehidupan dan intervensi optimal 6 bulan pertama mencegah gangguan bicara, bahasa, kognitif, personal sosial, emosional, perilaku, akademik dan keterbatasan kesempatan kerja.

Tujuan. Membuktikan asfifi ksia sebagai faktor risiko gangguan pendengaran sensorineural dengan mempertimbangkan prematuritas, obat ototoksik, dan ventilator mekanik.

Metode. Penelitian observasional dengan rancangan kohort prospektif di RSUP Dr. Kariadi Semarang bulan Desember 2009 – November 2010. Subjek penelitian 68 neonatus terdiri dari 34 neonatus kelompok asfiksia dan 34 neonatus tanpa asfiksia Pemilihan subjek secara consecutive sampling, dicatat data klinis, laboratorium, dilakukan timpanometri, oto acustic emission (OAE) pertama usia <1 bulan dan OAE kedua dan brainstem evoked response audiometry (BERA) usia 3 bulan. Analisis statistik dengan uji Chi-square, uji Mc Nemar dan uji t tidak berpasangan, regresi logistik.

Hasil. Kejadian gangguan pendengaran 35,3% pada asfiksia berdasarkan OAE pertama (p=0,003; RR:6,0; 95%CI:1,5-24,8), menjadi 20,6% pada OAE kedua (p=0,15). Gangguan pendengaran pada asfiksia berat 57,1% berdasarkan OAE pertama (p=0,003), menjadi 28,6% pada OAE kedua (p=0,16). Gangguan pendengaran sedang pada asfiksia 11,8% berdasarkan BERA (p=0,14). Faktor risiko prematuritas pada OAE pertama dan kedua p=1,00. Obat ototoksik, ventilator mekanik dan gangguan pendengaran pada OAE pertama (p=0,005; RR:4,4; 95%CI:1,3-14,3 dan p=0,03; RR:3,5; 95%CI:1,5-8,2). Analisis multi variat faktor risiko gangguan pendengaran untuk asfiksia (OR 1,3; 95%CI 0,1 - 19,9; p=0,84), obat ototoksik (OR 3,7; 95%CI 0,3 - 55,0; p=0,34), ventilator mekanik (OR 1,5; 95%CI 0,2-10,2;p=0,69)

Kesimpulan. Asfiksia merupakan faktor risiko gangguan pendengaran usia kurang dari satu bulan. Gangguan
pendengaran terbanyak pada asfiksia berat. Obat ototoksik dan ventilator mekanik merupakan faktor risiko
gangguan pendengaran usia kurang dari satu bulan. Prematuritas dan asfiksia, obat ototoksik, ventilator
mekanik secara bersama-sama belum dapat disimpulkan sebagai faktor risiko gangguan pendengaran.


Kata Kunci


OAE; gangguan pendengaran; asfiksia neonatal

Teks Lengkap:

PDF

Referensi


Thompson DC, McPhilips H, Davis RL, Lieu TL, Homer

CJ, Helfand M. Universal Newborn Hearing Screening.

JAMA 2001; 286:2000-10.

Runjan L, Amir I, Suwento R. Skrining gangguan

pendengaran pada neonatus risiko tinggi. Sari Pediatri

; 6:149-54.

Suwento R. Gangguan pendengaran pada bayi dan

anak. Dalam: Abstrak seminar sehari penatalaksanaan

gangguan pendengaran dan ketulian; Semarang; 2007

.h.1-12.

World Health Organization, situation review and update

on deafness, hearing loss and intervention programmes:

proposed plans of action for prevention and alleviation of

hearing impairment in countries of the South-East Asia

Region, 2007.

Dharmasetiawani N. Asfiksia dan resusitasi bayi baru

lahir. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa

GI, Usman A, penyunting. Buku Ajar Neonatologi. Edisi

ke-1. Jakarta: IDAI, 2008. h.103-25.

Khreisat WH, Habahbeh Z. Risk factors of birth asphyxia:

A study at Prince Ali Ben Al-Hussein Hospital. Pakistan

J Med Science 2005; 21:30-2.

Menkes JH, Sarnat HB. Perinatal asphyxia and trauma.

Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins,

h.401-66

Cunningham M, Cox EO. Hearing assessment in infants

and children : Recommendations beyond neonatal

screening. Pediatrics 2003;111:436-40.

Stearn N, Swanepoel DW. Identifying hearing loss by

means of iridology. African J Traditional, Compli and

Altern Med 2007;4:205-14.

Lasky RE, Williams AL. The development of the auditory

system from conception to term. NeoReviews 2005;6:

-52.

Schmutzhard J, Glueckert R, Sergi C, Schwentner

I, Abraham I, Schrott-Fischer A. Does perinatal

asphyxia induce apoptosis in the inner ear?. Hear Res

;250:1-9

Flint EF. Severe childhood deafness in Glasgow, 1965-

J Laryngol Otol. 1983;97:421-5.

Jiang ZD. Maturation of peripheral and brainstem

auditory function in the first year following perinatal

asphyxia: a longitudinal study. J Speech Lang Hear Res

;41:83-93.

Kilic I, Karahan H, Kurt T, Ergin H, Sahiner T. Brainstem

evoked response audiometry and risk factors in premature

infants. Marmara Medical J 2007;20:21-8.

Zang Z, Wilkinson AR, Jiang ZD. Distortion product

otoacoustic emissions at 6 months in term infants after

perinatal hypoxia-ischaemia or with a low apgar score.

Eur J Pediatr 2008; 167:575–8.

Jiang ZD, Yin R, Shao XM, Wilkinson AR. Brain-stem

auditory impairment during the neonatal period in term

infants after asphyxia: dynamic changes in brain-stem

auditory evoked response to clicks of different rates. Clin

Neurophysiol 2004;115:1605-15.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman

pelaksanaan stimulasi, deteksi dan intervensi dini tumbuh

kembang anak. 2006.h.15-39.

Holster IR, Hoeve LJ, Wieringa MH, Willis-Lorrier

RMS, Gier HHW. Evaluation of hearing loss after failed

neonatal hearing screening. J Pediatr 2009;155:646-50.

Weichbold V, Nekahm-Heis D, Welzl-Mueller K.

Universal newborn hearing screening and postnatal

hearing loss. Pediatrics 2006;117:631-36.

Jiang ZD, Brosi DM, Wilkinson AR. Differences in

impaired brainstem conduction between neonatal chronic

lung disease and perinatal asphyxia. Clin Neurophysiol

;121:725-33.

Sills JH. Perinatal asphyxia. Dalam: Gomella TL,

Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE, penyunting.

Neonatology; Management, Procedures. On-Call

Problems, Disease and Drug. Edisi ke-5. New York:

McGraw-Hill, 2006.h.1-14.

Meyer C, Witte J, Hildmann A, Hennecke KH, Schunck

KU, Maul K dkk. Neonatal screening for hearing

disorders in infants at risk: incidence, risk factors, and

follow up. Pediatrics 1999;104:900-4.

Ohl C, Dornier L, Czajka C, Chobaut JC, Tavernier

L. Newborn hearing screening on infants at risk. Int J

Pediatr Otorhinolaryngol 2009;73:1691-5.

Zamani A, Daneshjou K, Ameni A, Takand J. Estimating

the incidence of neonatal hearing loss in high risk

neonates. Acta Medica Iranica 2004;42:176-80.

Hain TC. Ototoxic medications. Diunduh dari URL:

http://www.tchain.com/otoneurology/disorders/bilat/ototoxins.

html Diakses pada tanggal 10 Agustus 2009.

Joint Committee on Infant Hearing. Year 2007 position

statement: principles and guidelines for early hearing

detection and intervention programs. Pediatrics

;120:898-921.

de Hoog M, van den Anker JN. Therapeutic drug

monitoring of aminoglycoside in neonates. Clin

Pharmacokinet 2009;48:343-5.

Bashirudin J, Soetirto I. Gangguan pendengaran akibat

bising. Dalam : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga

Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi ke-6. Jakarta:

Balai Penerbit FK UI; 2007. h.49-52.

Berg AL, Chavez CT, Serpanos YC. Monitoring noise

levels in a tertiary neonatal intensive care unit. CICSD

; 37:69–72.

Hille ETM, van Straaten HLM, Verkerk PH. Prevalence

and independent risk factors for hearing loss in NICU

infants. Acta Pædiatrica 2007; 96:1155-8.




DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp13.1.2011.5-13

Refbacks

  • Saat ini tidak ada refbacks.


##submission.copyrightStatement##

##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##

Informasi Editorial:
Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Jl. Salemba I No 5, Jakarta 10430, Indonesia
Phone/Fax: +62-21-3912577
Email: editorial [at] saripediatri.org

Lisensi Creative Commons
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.