Hiperplasia Adrenal Kongenital di Surabaya: Analisis Retrospektif Praktek Endokrin Anak 1997-2011
Sari
Latar belakang. Hiperplasia adrenal kongenital (HAK) merupakan suatu penyakit herediter yang
mengakibatkan dampak sangat besar bagi pasien, keluarga dan lingkungannya namun masih sering terjadi
keterlambatan diagnosis.
Tujuan. Melakukan analisis keluhan utama dan tanda awal HAK untuk membantu menegakkan diagnosis
dini.
Metode. Analisis retrospektif kasus seri HAK pada praktek endokrin anak 1997-2011, pada 19 kasus, 10
perempuan dan 9 laki-laki. Semua kasus HAK dalam penelitian adalah pasien rujukan.
Hasil. Ambiguitas genitalia terdapat pada semua anak perempuan (10), 6 diantaranya sebagai keluhan
utama. Tidak ada keluhan utama hiperpigmentasi walau didapatkan pada semua pasien kecuali 3 anak lakilaki. Seorang anak laki-laki datang dengan keluhan pubertas prekoks. Muntah dan diare ditemukan merata
pada perempuan dan laki-laki (5:6). Pada seluruh anak laki-laki, muntah-diare merupakan keluhan utama,
dan semua termasuk dalam kelompok salt wasting. Hanya didapatkan satu keluhan utama muntah-diare
pada anak perempuan, 2 dari 7 pasien datang dengan keluhan utama gagal tumbuh. Tiga kasus didiagnosis
berdasarkan riwayat keluarga. Terdapat 12 kasus didiagnosis sebelum berumur 1 bulan.
Kesimpulan. Sangat diperlukan kecermatan dalam melihat gejala klinis HAK. Ambiguitas genitalia pada
perempuan, hiperpigmentasi kulit, muntah dan diare, serta gagal tumbuh adalah tanda-tanda klinis yang
sangat penting. Pemeriksaan kadar natrium dan kalium sangat membantu sebelum dilakukan pemeriksaan
hormon, karena berdasarkan temuan tersebut, penanganan kedaruratan gangguan elektrolit dapat segera
diberikan. Melalui diagnosis dini kita dapat mencegah dampak buruk HAK seperti pemberian nama yang
keliru, kegawatan karena gangguan elektrolit, bahkan krisis adrenal serta pubertas prekoks.
Sari Pediatri2013;14(6):337-40.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Huma Z, Crawford C, New MI. Congenital adrenal
hyperplasia. Dalam: Brook CGD, penyunting. Clinical
paediatric endocrinology. Oxford: Blackwell Science;
h. 536-57.
Witchel SF, Azziz R. Congenital adrenal hyperplasia. J
Pediatric and Adolescent Gynecol. 2011;24:116-26.
Zachmann M, Prader A. The adrenogenital syndrome.
Dalam: Labhart A, penyunting. Clinical endocrinologytheory and practice. Berlin: Springer-Verlag; 1986.h.425-37.
Speiser PW, White PC. Congenital adrenal hyperplasia
due to steroid 21-hydroxylase deficiency. J Clin
Endocrinol 1998;49:411-7.
Wales JKH, Rogol AD, Wit JM. Color atlas of paediatric
endocrinology and growth. London: Mosby-Wolfe;
h.107-8.
Demirci C, Witchel SF. Congenital adrenal hyperplasia.
Dermatologic Therapy 2008;21:340-53.
Irwanto, Suryawan A, Narendra MB. Penyimpangan
tumbuh kembang Anak. continuing education: Ilmu
Kesehatan Anak XXXVI; Surabaya: 29-30 Juli 2006.
Miller WL. Brook’s Clinical Pediatric Endocrinology.
The adrenal cortex and its disorders. Edisi ke-4. Oxford:
Blackwell Science; 2001.h.338-52.
Trakakis E, Basios G, Trompoukis P, Labos G,
Grammatikakis I, Kassanos D. An update to 21-hydroxylase deficient congenital adrenal hyperplasia. The Int
Soc of Gynec Endocrinol. 2010;26:63-71.
Susanto R. Hiperplasia adrenal kongenital: aspek genetik.
The Indonesian course in genetic counseling; Semarang:
-18 Januari 2003
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp14.6.2013.337-40
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.