Pendekatan Diagnostik Serologik dan Pelacak Antigen Salmonella typhi
Sari
Biakan empedu merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis demam tifoid namun
memerlukan waktu 5-7 hari untuk mendapatkan hasilnya. Kegunaan pemeriksaan serologi
Widal sampai saat ini masih kontroversial. Hal lain yang patut diperhatikan adalah
belum ditetapkannya nilai cut off titer antibodi dalam uji Widal khususnya pada demam
tifoid anak. Oleh karena itu perlu adanya suatu teknik pemeriksaan penunjang lain yang
ideal (cepat, sensitif, spesifik dan murah) sebagai alternatif uji diagnostik demam tifoid.
Diagnosis demam tifoid pada anak kadangkala sulit ditegakkan atas dasar gambaran
klinis saja, oleh karena gambaran klinis penyakit ini amat bervariasi dan umumnya tidak
khas, oleh karena itu pemeriksaan laboratorium klinik yang dapat diandalkan sangat
diperlukan. Secara garis besar pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis
demam tifoid adalah: (1) isolasi kuman S. typhi dari biakan spesimen pasien, (2) uji
serologi untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap S. typhi dan mendeteksi adanya
antigen spesifik dari S. typhi, dan (3) pemeriksaan melacak adanya DNA S. typhi. Telah
banyak usaha yang dilakukan untuk mendapatkan pemeriksaan laboratorium yang andal
sebagai penunjang diagnosis demam tifoid. Beberapa pemeriksaan uji laboratorium
tersebut masing-masing memiliki keunggulan dan kelemahan tersendiri. Di Indonesia
sarana penunjang diagnosis demam tifoid yang ideal harus mempunyai sifat andal, dapat
memberikan diagnosis yang cepat, praktis dan tentu tidak mahal. Untuk tujuan ini,
perkembangan pemeriksaan laboratorium diagnostik terhadap demam tifoid ke arah
tehnik dot enzyme immunoassay, baik untuk keperluan penentuan antigen maupun
antibodi terhadap kuman S. typhi kiranya akan dapat memenuhi persyaratan tersebut
di atas.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Chaudhry R, Ray K, Kumar R. Polymerase chain
reaction for the detection of Salmonella typhi in the
blood of patients of typhoid fever. Dalam : Sarasombath
S, Senawang S, penyunting. Second Asia-Pasific
symposium on typhoid fever and other salmonellosis.
Thailand: SEAMEO Regional Tropical Medicine and
Public Health Network, 1995;h.244-5.
Kusum M, Santhadvanich R, Phaisomboon S. Laborator
surveillance of S. typhi infection after suspension of
typhoid vaccination in Thailand. Dalam : Sarasombath
S, Senawang S, penyunting. Second Asia-Pasific
symposium on Tropical Medicine and Public Health
Network, 1995;h.272-4.
Simanjuntak CH. Demam tifoid, epidemiologi dan
perkembangan penelitiannya. Cermin Dunia Kedokteran
; 83:52-4.
Mahle WT, Levine MM. Salmonella typhi infection in
children younger than five years of age. Pediatr Infect
Dis J 1993; 12:627-31.
Nelwan RHH. Skor nilai ramal alat bantu diagnostik
demam tifoid. Disampaikan pada Simposium perkembangan
baru dalam diagnostik dan pencegahan
(imunisasi) demam tifoid, Jakarta, 20 September 1995.
Chow CB, Wang PS, Cheung M, et al. Diagnostic value
of widal test in childhood typhoid fever. Pediatr Infect
Dis J 1987;6:914-7.
Ismail A, Kader ZK, Ong KH. Development of dot
enzyme immunosorbent assay for the rapid diagnosis
of typhoid fever. Dalam : Pang T, Koh CL, Puthucheary
SD, penyunting. Typhoid fever strategies for the 90’s.
Singapore : World Scientific Publishing, 1991;h.201-
Rodriguez AV, Santana FJ, Puente JL, et al. Salmonella
typhi outer membrane proteins in the diagnosis of
typhoid fever. Dalam : Pang T, Koh CL, Puthucheary
SD, penyunting. Typhoid fever strategies for the
’s.Singapore: World scientific, 1991;h.216-20.
Loho T. Beberapa perkembangan pemeriksaan
laboratorium untuk penanganan penyakit infeksi,
khususnya demam tifoid. Dalam : Waspadji S, Gani
RA, Setiati S, Alwi I, penyunting. Bunga rampai ilmu
penyakit dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI,
;h.303-9.
Rubin FA. Advances in the diagnosis of typhoid fever
using DNA probes. Dalam : Nelwan RHH, penyunting.
Typhoid fever : profil, diagnosis and treatment in 1990’s.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1992;h.17-26.
Hayani KC, Pickering LK. Salmonella infection. Dalam:
Feigin RD, Cherry JD, penyunting. Texbook of pediatric
infectious diseases; edisi ke-3. Philadelphia : Saunders ,
;620-36.
Sarasombath S. Immune responses in Typhoid fever.
Dalam : Pang T, Koh CL, Puthucheary SD, penyunting.
Typhoid fever strategies for the 90’s. Singapore : World
scientific, 1991;h.168-75.
Hoffman SL. Typhoid fever. Dalam : Strickland GT ,
penyunting. Hunter’s textbook of pediatrics; edisi ke-7.
Philadelphia : Saunders, 1991;344-58.
Gilman RH, Terminel M, Levine MM, Mendoza PB,
Hornick RB. Relative efficacy of blood, urine, rectal
swab, bone marrow and rose spot cultures for recovery
of Salmonella typhi in typhoid fever. Lancet 1975;
:1211-3.
Kresno SB. Diagnosis dan prosedur laboratorium; edisi
ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 1991;h.158-75.
Hardi S, Soeharyo, Karnadi E. The diagnostic value of
the widal test in typhoid fever patients. Dalam : Nelwan
RHH, penyunting. Typhoid fever : profil, diagnosis
and treatment in the 1990’s. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI, 1992;h.187-96.
Sarasombath S, Ekpo P, Sukosol T, et al. Salmonella
flagella : its significance in diagnosis. Dalam :
Sarasombath S, Senawong S, penyuning. Second Asia
Pasific symposium on typhoid fever and other
salmonellosis. Thailand: SEAMEO Regional tropical
Medicine and Public Health Network, 1995;209-12.
Ismail A, Kader ZK, Ong KH. Dot enzyme immunosorbent
assay for the serodiagnosis of typhoid fever. South Asean J
Trop Med Public Health 1991;h.22:563-6.
Ong KH, Ismail A, Kader ZK, Choo KE. Clinical field
trials on the dot enzyme immunosorbent assay for the
diagnosis of typhoid fever. Dalam : Pang T, Koh CL,
Puthucheary SD, penyunting. Typhoid fever strategies for
the 90,s. Singapore: World scientific,1991;h.207-16
Lucky H, bella B, Sudarmono P. Study of spesific protein
of Salmonela typhi for diagnosis of typhoid fever. Dalam
: Sarasombath S, Senawang S, penyunting. Second Asia-
Pasific Symposium on typhoid fever and othjer
Salmonelosis. Thailand: Pang T, Koh CL, Puthucheary
SD, penyunting. Typhoid fever strategies for the 90’s.
Singapore : World scientific, 1991;h.221-6.
Wong YH, Jegathesan M, Lim PL. Latex agglutination as
a possible aid to the rapid identification of Salmonella group
D organism from clinical spesimens. Dalam: Pang T, Koh
CL, Puthucheary SD, penyunting. Typhoid fever strategies
for the 90’s. Singapore: World scientific, 1991;221-6.
Chaicumpa W, Ruangkunapon Y, Bur D, et al.
Diagnosis of typhoid fever by detection of S.typhi
antigen in urine. J Clin Microbiol 1992;30:2513-5.
Sadallah F, Brighouse G, Giadice D, et al. Production
of spesific monoclonal antiboies to S.typhi flagellin and
possible application to immunodiagnosis of typhoid fever.
J Infect Dis 1990; 161:59-64.
Handojo I. Diagnosis laboratorium demam tifoid. Jurnal
Kimia Klinik Indonesia 1996; 73:117-22.
Song JH, Cho H, Pank MY, Na DS, Moon HB, Pai
CH. Detection of Salmonela typhi in the blood of
patients with typhoid fever by Polymerase Chain
Reaction. J Clin Microb 1993;3:1439-43.
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp2.2.2000.90-5
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.