Perbandingan Efektifitas Klinis antara Kloramfenikol dan Tiamfenikol dalam Pengobatan Demam Tifoid pada Anak
Sari
Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan kloramfenikol
masih merupakan pilihan utama untuk pengobatan demam tifoid. Dari beberapa
penelitian di temukan 3-8% kuman Salmonella telah resisten terhadap kloramfenikol,
2-4% mengalami kekambuhan dan menjadi pengidap kuman, disamping adanya efek
samping penekanan sumsum tulang dan anemia aplastik. Seftriakson dan siprofloksasin
dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi belum dapat dipakai secara luas karena
harganya mahal. Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbandingan efektifitas klinis
kloramfenikol dan tiamfenikol dalam pengobatan demam tifoid pada anak.
Penelitian uji acak tersamar ganda dilakukan pada anak dengan demam tifoid yang dirawat
dibagian IKA FK UNSRI / RS Moh Husein (RSMH) Palembang antara Maret –
Nopember 1999. Lima puluh orang anak memenuhi kriteria penelitian, terdiri dari 27
anak laki-laki dan 23 anak perempuan, 41 (82%) anak usia 5 tahun atau lebih, hanya 9
(18%) usia di bawah 5 tahun. Dua puluh lima anak mendapat kloramfenikol, yang lain
mendapat tiamfenikol. Pada kelompok kloramfenikol demam kembali normal dalam
waktu 3,04 + 2,11 hari sedangkan dengan tiamfenikol dalam waktu 2,68 + 1,57 hari.
Secara statistik tidak ditemukan perbedaan bermakna dalam hal lamanya turun demam,
membaiknya nafsu makan, hilangnya nyeri perut serta pulihnya kesadaran antara
kelompok kloramfenikol dengan kelompok tiamfenikol. Terdapat 1 penderita yang tidak
sembuh dengan kloramfenikol sehingga diganti dengan seftriakson, sementara dari
kelompok tiamfenikol semuanya sembuh. Tidak ditemukan pasien yang kambuh dan
pengidap kuman setelah pengobatan. Kejadian anemia selama pengobatan sama pada
kedua kelompok. Walaupun tidak berbeda secara bermakna, kelompok tiamfenikol dapat
keluar rumah sakit 1 hari lebih cepat sedangkan harga obat hanya sedikit lebih mahal
dari kloramfenikol.
Kata Kunci
Teks Lengkap:
PDFReferensi
Sumarmo PS. Opening remarks. Dalam: Nelman RHH.
penyunting. Typhoid fever, profil, diagnosis and
treatment in the 1990’s. The first ISAC International
Symposium. Sanur, Bali, 1990:xvii.
Nathin MA, Sri Rezeki H. Ceftriaxon in the treatment
of typhoid fever in children. Dalam: Nelman RHH.
penyunting. Typhoid fever, profil, diagnosis and
treatment in the 1990’s. The first ISAC International
Simposium. Sanur, Bali, 1990. h. 133-9.
Laporan Boks Infeksi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
UNSRI/RS M. Husin Palembang, 1998.
Nathin MA, Ringoringo P, Tambunan T, dkk.
Antibiotic resistance pattern of paediatric typhoid fever
patients at the Departement if child health, Cipto
Mangunkusumo, Jakarta in 1990-1994. Dalam:
Nelman RHH. Penyunting. Typhoid fever, profil,
diagnosis and treatment in the 1990’s. The first ISAC
International Symposium. Sanur, Bali, 1990. h. 194-
Azhali MS. Pengelolaan demam tifoid. Dalam: Naskah
lengkap simposium Kongres Nasional Ilmu Kesehatan
Anak X. KONIKA Bukit Tinggi, 1996. h. 75-84.
Soelistiowati S, Yati Sunarto, Soesilo H, dkk. Typhoid
fever in children. Paediatr Indones, 1982; 22:136-46.
Iwan Sumarna S. Evaluation of laboratory data on
Salmonella infection during 1984-1990 from the public
health laboratory of Perum Bio Farma (Pasteur Institute).
Dalam: Nelmann RHH. Penyunting. Typhoid fever,
profil, diagnosis and treatment in the 1990’s. The first
ISAC International Symposium. Sanur, Bali, 1990. h.
-24.
Gufta A. Multidrugs resistant typhoid fever in children
epidemiology and therapeutic approach. The Paediatr
Infect Dis J 1994; 13:134-40.
Bhutta ZA, Khan IA, Molla AM. Theraphy of multidrugs
resistant typhoid fever with oral cefixime vs intranvenous
ceftriaxone. The Paediatr Infect Dis J 1994; 13:990-4.
Moosa A, Rubidge CJ. Once daily ceftriaxone vs
chloramphenikcol treatment of typhoid fever in children.
The Paediatr Infect Dis J 1998; 10:696-9.
Sri Rezeki H. Masalah multidrug resistance pada demam
tifoid anak. Cermin Dunia Kedokt, 1999; 124:5-8.
Soewandjoyo E, Suharto, Juwono R. Comparative study
of ciprofloxcin vs chloramfenicol in patients with typhoid
fever and pattern of bacterical sensitivity. Dalam: Nelman
RHH. Typhoid fever, profil, diagnosis and treatment in
the 1990’s. The first ISAC International Symposium.
Sanur, Bali, 1990:119-25.
Dawood ST. Uwaydah AK. Treatment of multiresistant
Salmonella typhi with intravenous ciprofloxacin. The
Paediatr Infect Dis J 1991; 10:343.
Dzen MS, Santoso S, Noorhamdani. Kepekaan invitro
Salmonella Typosa terhadap chloramphenicol, ampicilin
dan cotrimoxazole. Pharos Buletin 1999; 1:17-20.
Limson B, Lacson PS, Martinez D. Thiamphenicol, a
new analogue of chloramphenicol, in treatment of enteric
fever. Current therapeutic research 1975; 17:335-9.
Suwangool P, Hanvanich M. Thiamphenicol in the
treatment of enteric fever. J Med Ass Thailand 1983;
:241-2.
Castaldo M, Frigerio G, Deel Nool L, Briante V. Speed
of effect of thiamphenicol in the treatment of typhoid
infection. Gazz Med It 1977; 132:647-57.
Frigerio G, Lodola E, Sperotti L. Thiamphenicol,
experimental and clinical bases of a new antibiotic.
Zambon Research lab, Italy 1967. h. 3-111.
DOI: http://dx.doi.org/10.14238/sp3.2.2001.83-7
Refbacks
- Saat ini tidak ada refbacks.
##submission.copyrightStatement##
##submission.license.cc.by-nc-sa4.footer##
Email: editorial [at] saripediatri.org
Sari Pediatri diterbitkan oleh Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Ciptaan disebarluaskan di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-NonKomersial-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.